AGEN POKER - Ini
kisah pribadiku yang aku coba ingat-ingat lagi setelah lebih dari 9
tahun berlalu.. Nama yang tercantum di sini jelas aku samarkan ya..
Mudah-mudahan cukup menarik..
Tahun
1999 pameran komputer di JHCC memasuki hari terakhir, makanya
pengunjung sangat padat sekali hari Minggu itu.. Aku sempatkan untuk
melihat pameran karena perusahaanku sedang membangun sistem informasi
dan jaringan komputer baru, setelah sistem yang lama dirasakan tak
mampu lagi untuk mengakomodasi beban pekerjaan yang makin meningkat
dengan bertambahnya product line baru.
Sebagai
Direktur Umum sebenarnya aku bisa saja menugaskan Purchasing Manager
dan IT Manager untuk melihat pameran tersebut dan merekomendasikan
jaringan dan peralatan baru yang bisa kami akuisisi. Tapi memang
dunia komputer telah menarik perhatianku sejak dulu, sehingga aku
sempatkan waktu liburku untuk melihat sendiri pameran ini..
Beberapa
stand telah aku masuki dan lihat, untuk mengetahui produk yang mereka
jajakan dalm pameran ini, terakhir aku mampir ke stand ACERuntuk
melihat jajaran notebook baru yang mereka tampilkan. Aku sedang
memperhatikan spesifikasi sebuah notebook, ketika bau harum parfum
menerpaku.. Salah seorang SPG ACER menghampiri dan menyapaku. “Siang
pak, ada yang bisa saya bantu nih..?” sapanya dengan suara yang
renyah..
Aku
segera menoleh dan mencoba untuk memperhatikannya lebih sekasama..
Wajahnya yang cantik dengan senyuman yang menawan
dikembangkanlagi..”Pak ini produk baru lho pak, diskonnya 20% hari
ini terakhir pak,” ujarnya ramah sambil makin mendekatkan tubuhnya
kearahku.. Wangi tubuhnya semakin terasa “Iya nih, aku lagi
lihat-lihat aja dulu ya..” ujarku sambil mencari kesempatan untuk
memperhatikan sosoknya.. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, kutaksir
sekitar 160 cm, tapi selain wajah cantiknya, ada dua hal lagi yang
membuatku tertarik; yaitu kulitnya yang putih dan tonjolan didadanya
yang sangat membusung, aku yakin ini pasti ukuran 36b minimal..
“Bapak ada kartu namanya?” tanyanya ramah.. “Oh, ada bentar aku
ambil dulu ya..” ujarku seraya mengeluarkan dompetku dan mengambil
kartu namaku..
Dia
mengamati nama dan jabatanku, kemudian dengan senyum makin mengembang
dia dia menambahkan..”Wah bapak perlu buat pribadi atau perusahaan
nih..” tanyanya ramah.. “Ya jelas untuk perusahaan lah kalau
komputer non, kalau pribadi ya ama kamu aja..” candaku.. “Iiihh…
bapak genit ah..” katanya sambil menahan senyum dan “Ini kartu
namaku pak, nomor hapeku ada dibelakang ya..” sambungnya.
Kuperhatikan kartu namanya..hemm..”Ranggi nama yang indah, seindah
orangnya nii..” ujarku, dan Ranggi tersenyum manis “Bapak jago
nih kalau ngerayu,” katanya.. “Okay Ranggi, nanti kalau jadi aku
hubungi kamu ya..” kataku seraya menjabat tangannya yang empuk
banget dan nampak buah dadanya yang terguncang saat itu.. “Bener
lho pak, jangan lupa ya ama Ranggi,” ujarnya.. “Pak kalau Ranggi
telpon bapak kapan-kapan ga papa kan pak?” tambahnya.. “Tentulah
non, untuk orang secantik kamu, kapan aja pasti aku terima..”candaku
lagi.. “Makasih pak..”
Hari
Senin pagi jam 7.30 aku sudah sampai dikantorku setelah mengantar
anakku masuk sekolah di daerah Kebayoran.. Kantorku di kawasan
Sudirman masih sepi karena memang kantor masuk jam 8.00, hanya office
boy yang masih sibuk membersihkan ruangan Departemen Umum yang telah
datang.. Aku sedang duduk membaca koran dan menikmati kopi ketika
hapeku berdering nyaring..
“Haloo,
benar saya bicara dengan pak Iwan?” suara bening dan empuk
menyapaku.. “Iya benar, ini dari siapa ya?” tanyaku, sambil
mengingat-ingat nomor ini.. “Ya, bapak gitu deh.. Masa nomor Ranggi
dilupain siiihh” seru manja suara diseberang.. “Oohh kamu Ranggi,
bukan aku lupa, tapi aku belum sempet masukin nomor kamu ni…”
ujarku.. “Pak, bapak sibuk gak hari ini? Kalau tidak, boleh dong
Ranggi mampir nanti siang..
Ada
yang Ranggi mau bicarakan ama bapak..” pintanya masih dengan suara
manja.. “Ya udah, kamu datang aja pas jam makan siang. Nanti sambil
kita makan siang bareng aja, kamu omongin keperluan kamu ya..”
kataku.. “Baik pak, makasih lho boleh ngrepotin bapak..”
balasnya.. “On-time ya, jangan telat ..”kataku..
Jarum
jam menunjukkan pukul 11.55 ketika saalah seorang stafku mengetuk
pintu kamarku.. “Masuuukk..” kataku.. “Pak ada tamu mau menemui
bapak, namanya Ranggi..” kata stafku, “Oh ya, suruh masuk aja..”
ujarku.. Tak lama kemudian sebuah wajah cantik menyembul dari sela
pintu yang tak tertutup..”Siang pak Iwan..” sapa Ranggi.. “Masuk
Ranggi, kita duduk di sofa aja ya..” kataku seraya bangkit menuju
sofa di depan meja kerjaku.. Ranggi mengenakan setelan blouser dan
celana panjang resmi, beda dengan seragam SPG ACER yang seksi kemarin
dia kenakan..
Tetapi
blouser itu tak mampu menyembunyikan tonjolan buah dadanya yang besar
dan sangat seksi, walau dia nampak sedikit resmi dengan bajunya saat
ini.. “Wah, kantor bapak enak bener ya..” ujarnya memperhatikan
sekeliling ruanganku.. “ Aaahh..bisa aja kamu..” ujarku..”Ayo
kamu temenin aku makan siang dideket sini yoo…” “Baik pak..”
ujarnya..
Kuarahkan
mobil kearah selatan dan setelah melewati daerah macet disekitar
Tendean kumasukan mobil kehalaman sebuah hotel bintang tiga.. “Sapi
lada hitam di restorannya enak Nggi..” ujarku lembut, mencoba
menenangkan wajahnya yang bertanya-tanya.. “Oh..begitu pak,”
jawabnya dengan suara yang agak serak.. Setelah kuserahkan mobil
kepetugas parkirnya, kuajak Ranggi masuk kerestoran melewati
resepsionis.. Setelah memsan makanan, mulai kutanyai Ranggi tentang
keperluannya.. “Ya udah sambil menunggu makanan kita, kamu bisa
cerita keperluan kamu..” “Begini pak, sebenarnya saya malu
ngrepotin bapak, tapi saya bener-bener lagi butuh ni pak,” ujarnya
pelan dengan suara agak memelas..
Aku
diam saja,memberikan waktu kepadanya untuk meneruskan ucapannya..
“Kalo bapak bisa dan perlu, saya mau pak jadi sekretaris bapak.
Saya lihat tadi bapak belum punya sekretaris..” “Oo..begitu toh
non..Kalo gitu kamu siapin CV kamu dong..”ujarku.. “Ini
pak,”tukasnya capat sembari membuka tas dan menyerahkan sebuah
amplop besar.. “Okay, sekarang kita makan dulu, nanti kita lanjutin
ya..
Mudah-mudahan
aku bisa bantu kamu..” ujarku, sambil mulai memikirkan cara untuk
menenangkan adikku yang dari tadi sudah keras melihat tonjolan buah
dada di balik blouser Ranggi.. Setelah makan, aku bilang ke Ranggi
mau ke Rest Room dulu; padahal aku segera menuju Receiptionist untuk
membuka kamar dan mengambil kunci.. Segera kau kembali untuk
membuatnya tak curiga karena menunggu terlalu lama..
“Nggi
bentar lagi ada klien dari Surabaya mau ketemu aku, nanti kamu
dampingi aku yaa.. Sekalian aku mau lihat kemampuan kamu dalam
praktek langsung,” ujarku tegas.. “Siap pak,” jawabnya seraya
menyelesaikan makan siangnya.. “Ayo kita keatas, sambil nunggu dia
datang aku bisa wawancara kamu dulu..”kataku. Dia hanya diam sambil
berjalan perlahan dibelakangku, seraya kupijit tombol lift.. Sampai
di lantai 5, segera kucari kamar 536 dan kubuka pintunya.. “Ayo
masuk aja Nggi, lebih enak kita ngobrol dan wawancara disini sambil
nunggu klienku..”ujarku.. Kusetel AC ke angka 27 derajat, supaya
nanti dia merasa kepanasan dengan blouser tebalnya, dan
melepasnya..
“Coba
sekarang kamu ceritakan tentang diri kamu yang detil, nanti baru aku
wawancari kamu,” seraya kubaca CVnya.. Dia dengan hati-hati mulai
menceritakan tentang dirinya, sembari sesekali kucuri pandang kearah
tonjolan didadanya.. Ternyata dia hanya part-timer saja kerja sebagai
SPG, sembari mencoba mencari kerja full time sebagai sekretaris,
sesuai dengan pendidikannya..
Sudah
lebih 5 bulan ini dia mencoba, tapi belum berhasil juga. Padahal
tabungannya sudah menipis dan dia sudah dikejar oleh ibu kosnya untuk
membayar tunggakan kosnya 2 bulan, karena dia mendahulukan untuk
membayar SPP dua adiknya.. Kedua kakaknya memang telah menikah, tapi
kondisi keuangan mereka tak dapat diharapkan untuk membantu biaya
sekolah adik-adiknya. Oleh karena itu dia sangat membutuhkan
pekerjaan tetap saat ini, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk
kelangsungan sekolah kedua adiknya.
Setelah
beberapa saat, Ranggi merasa kepanasan dan butir keringat mulai
terlihat di dahinya.. “Kamu kepanasan ya.. Sorry Nggi aku agak gak
enak badan, jadi AC aku setel segini..” ujarku. “Kamu copot aja
blouser kamu itu, biar lebih nyantai dan sejuk..” “Iya pak,”
ujarnya seraya melepas blousernya, dan nampaklah pemandangan indah
yang kutunggu-tunggu dari tadi..
Bahan
sejenis kaus yang agak ketat dan tipis, membuatku sedikit
terperangah, tapi dengan cepat aku sembunyikan sambil pura-pura tak
melihat tonjolan buah dada yang begitu besar dan indah membayang
dibalik kaus ketatnya.. Kugeser posisi dudukku, karena adikku sudah
sangat tegang dan dalam posisi yang sangat tak nyaman.. Kuambil
notebook dari tasku, dan kusuruh Ranggi menghidupkannya dan coba
membuat surat penolakan untuk seorang penyedia barang..
“Wah
komputer bapak canggih sekali, ini tombol onnya dimana ya pak?”
tanyanya.. Aku berdiri dan pindah duduk di sebelahnya, ketika
semerbak bau wangi parfum bercampur keringatnya menerpaku.. “Sini
kamu lihat ya Nggi,” ajakku untuk mendekatiku dan melihatku membuka
notebook Fujitsuku yang baru.. Ranggi duduk merapat di sebelah
kananku, ketika aku mulai membuka notebook dan memulai program
Word..
Ketika
dia semakin merapat, dengan gerakan sangat natural kugerakkan sikuku
kebelakang hingga menekan tonjolan buah dadanya yang seksi. Uuuhhh…
empuk sekali buah dadanya.. Refleks dia menarik tubuhnya kebelakang
utuk menghindari lenganku, dan dengan wajah tanpa dosa kusuruh dia
mulai mengetik surat itu.. Meja didepan sofa tempat kami duduk memang
sangat rendah, sehingga dia terpaksa sedikit agak membungkuk untuk
mengetik surat itu..
Aku
rapatkan dudukku kearahnya, sambil pura-pura melihat dia mengetik
dari samping agak dibelakang kepalanya, padahal pandangan mataku
jatuh kebelahan buah dadanya yang nampak sangat merangsang..
Gerakannya mengetik membuat buah dadanya berguncang, dan ini membuat
penisku makin tegang.. Setelah beberapa saat, aku tidak kuat lagi
untuk menahan tangganku untuk tidak menyentuh payudaranya yang sangat
seksi itu..
Dari
samping kepalanya tanganku menjulur dan menyeruak masuk kedalam kaus
ketatnya, mencoba menyentuh dan meremas bongkahan buah dada yang
sangat merangsang itu.. Ranggi tidak menyangka atas gerakan tanganku,
dan untuk beberapa saat dia terpana sehingga tanganku berhasil masuk
kebalik kausnya dan meremas buah dadanya.. Ketika dia tersadar, dia
berusaha bangkit dari sofa; tapi gerakan tangan kananku cepat meraih
pinggangnya dan menariknya hingga terjatuh kepangkuanku..
“Kamu
mau pekerjaan ini, atau tidak Nggi?” ujarku sambil tetap memeluk
pinggangnya dengan tangan kananku, dan tangan kiriku masih berada
dalam kausnya meremas-remas buah dadanya yang besar itu.. “Atau
kamu mau membiarkan kedua adikmu berhenti sekolah?” Perlawanannya
melemah ketika mendengar perkataanku, dan kembali tangan kiriku
bergerilya dibalik kaus ketatnya, mencoba masuk kebalik BH-nya. Dia
menggelinjang ketika tanganku berhasil menyentuh putingnya..
“Uugghhh..pak Iwan, jaangaann dong pak..” ujarnya lirih..
Aku
tak menggubris keberatannya, malah tangan kananku segera mencoba
untuk merebahkan tubuhnya ke sofa.. Ketika tubuhnya berhasil aku
rebahkan di sofa, segera kedua tanganku menarik kaus ketatnya keatas,
dan menyembullah bongkahan daging kenyal yang masih tersembunyi di
balik BH hitamnya yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih
sekali.. Kutindih tubuhnya dan segera wajahku terbenam di antara dua
bongkah putih payudara yang sangat merangsang itu.. Kupegang kedua
tangannya dengan tanganku, dan dengan menggigit pinggiran BH-nya
kucoba untuk menariknya ke atas.. Yesss..akhirnya menyembullah dua
buah dada yang putih, bulat, dan membusung..
Ranggi
masih berusaha mendorong tubuhku yang tepat berada di atasnya, tapi
kuncian posisi yang kuciptakan berhasil untuk melemahkan
perlawanannya.. Akhirnya dia membiarkan saja ketika mulutku segera
menerkam payudaranya yang putih, bulat, dan tegak menantang..
Putingnya yang berwarna sawo matang dengan pucuk yang agak kecil
segera terbenam dalam mulutku.. “Eerrggghhh…” erang Ranggi
ketika ujung lidahku mulai mempermainkan putingnya..
Wajahnya
yang cantik nampak berusaha menahan rangsangan yang timbul ketika
mulut dan lidahku bergantian menyerang kedua buah payudara indahnya,
dan bulir-bulir keringat makin banyak muncul didahinya.. Melemahnya
perlawanan Ranggi kugunakan untuk membuka kancing BH-nya, dan ketika
berhasil, segera kuangkat kausnya melewati kepalanya.. Akhirnya aku
berhasil menelanjangi bagian atas tubuh Ranggi..
Kembali
lagi mulut dan lidahku menerkam buah dada kiri Ranggi dan mengulum
serta mempermainkannya dan putingnya menjadi sentral kulumanku,
sembari telapak tangan kananku mulai meremas buah dada kanannya dan
jariku mempermainkan putingnya yang indah..
Sepuluh
menit berlalu dan rangsangan yang kutimbulkan ternyata menguras habis
tenaga Ranggi, sehingga dia tidak menyadari ketika tanganku berhasil
membuka kaitan celana panjang yang dia kenakan.. Dia masih berusaha
menahan rangsangan yang timbul dari kuluman dan isapanku pada kedua
buah dadanya, ketika tangan kananku mulai menarik turun celana
panjangnya.. Ketika sampai kedekat tumitnya, segera kugunakan kakiku
untuk mendorongnya lepas.. Indah sekali tubuh Ranggi, ketika tinggal
celana dalam hitamnya tertinggal melekat di tubuhnya..
Sambil
tidak mengurangi seranganku pada kedua buah dadanya, segera
jari-jariku menyusuri pinggiran celana dalamnya sambil mencoba
memasukkan jari tengahku kebalik celana dalamnya.. Heemmm…ternyata
vaginanya sudah mulai basah ketika jari tengahku berhasil
menyentuhnya.. Berarti dia mulai terangsang dengan seranganku..
Kucoba untuk mencari klitorisnya, dan ketika jari tengahku berhasil
mencapainya terdengar kembali erangan lemahnya “Aarghhh..paaakk..”
Wajahnya terdongak keatas ketika jariku mulai mempermainkan
klitorisnya dan erangannya makin merangsangku untuk menyerangnya di
kedua titik lemahnya..
Ketika
Ranggi makin tak mampu menahan rangsangan yang menyerangnya,
kugerakan tanganku untuk mencoba melepaskan lapisan terakhir yang
menghalangi.. Perlahan berhasil kutarik hingga lututnya, dan karena
aku konsentrasi untuk melepaskan celana dalamnya, maka seranganku
pada buah dadanya agak mengendur.. Kesadarannya sedikit pulih, saat
aku mendorong turun celana dalamnya dengan kaki
kananku..
“Paakk..jangaann…pakk…”
erangnya kembali sambil berusaha mendorong tubuhku.. Kuhentikan
usahaku untuk melepaskan celana dalamnya, dan kubiarkan tertinggal
ditumitnya, ketika aku mulai kembali mengisap puting kanannya dan
jariku memutar-mutar puting kirinya.. Erangannya terdengar makin
kuat..
“Aarrrgghh…uuugghhh…paaaakk..”
Setelah dia kembali tenggelam dalam rangsangan yang kutimbulkan,
dengan kaki kananku segera kudorong lepas celana dalamnya melewati
tumitnya.. Wahh…memang indah benar tubuh calon sekretarisku ini
dalam keadaan telanjang bulat.. Bulu-bulu hitam membasah yang
menghiasi vaginanya sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih
bak pualam…
Perlahan
sambil mengubah posisiku menduduki tubuh Ranggi, kulepaskan kemejaku
dan segera kembali kuserang payudaranya sebelum dia menyadari tubuh
atasku sudah telanjang.. Sambil terus mengulumi payudara indahnya,
perlahan kulepaskan celana panjang sekaligus celana dalamku..
Akhirnya tidak ada lagi yang menghalangi tubuh telanjang kami berdua,
untuk langsung bersentuhan kulit ke kulit.. Tak terasa butuh waktu
hampir 45 menit untuk berhasil menelanjangi tubuh calon sekretarisku
yang cantik ini, dan perlawanannya semakin melemah..
Keringat
telah banyak membanjiri tubuh kami berdua.. Jari tangan kananku
kembali mempermainkan klitorisnya yang sudah sangat basah, dan kucoba
untuk masuk lebih dalam lagi kedalam vagina Ranggi.. Uugghhh..masih
peret sekali vaginanya.. Kurenggangkan kedua belah pahanya, dan mulai
kutempatkan kepala penisku diantara belahan pangkal pahanya.. Ketika
mulai menyentuh mulut vaginanya, segera kugosok-gosokan kepala
penisku dan kucoba untuk menekannya masuk.. Ranggi menyadari adanya
benda yang mencoba masuk kedalam vaginanya,
“Paakk..jangaann
paak..” erangnya lemah..” Aku masih perawaann paaakk..”
suaranya membisik lemah sambil mencoba untuk menghindari masuknya
penisku dengan menggeser pinggangnya.. Segera kugeserkan pinggangku
menyejajari gerakan pinggangnya, sambil kupegangi pinggangnya dengan
tangan kiriku, kuarahkan kembali penisku dengan tangan kananku kearah
vaginanya.. “Udaahh Nggi.. Kamu mau pekerjaan ini atau tidak
sihh..” suaraku tegas sambil tidak melepas kunciankupada
pinggangnya.. Perlahan kembali kutekan kepala penisku masuk kevagina
Ranggi, dan akhirnya berhasil masuk bagian kepalanya..
Kugoyangkan
dengan gerakan memutar untuk memperlebar vagina Ranggi yang ternyata
masih benar-benar perawan nampaknya.. Kutekan lagi penisku, dan kali
ini berhasil masuk setengahnya.. Cengkeraman vagina Ranggi sangat
luar biasa rasanya, membuat penisku seakan dicengkeram erat kedinding
vaginanya.. Wajah Ranggi seakan menahan sakit bercampur nikmat yang
luar biasa, ketika kembali kugerakan penisku memutar untuk
memperlebar vaginanya.. Kucoba untuk mencium bibirnya yang mungil,
sembari tanganku meremas-remas buah dadanya yang besar.. Kusedot dan
kuhisapi bibirnya, dan lidahku akhirnya bisa menerobos masuk kedalam
bibirnya..
Kusapu
rongga mulutnya dengan lidahku, dan kemudian aku berhasil menyedot
lidahnya dalam kuluman bibirku.. Usahaku ini berhasil untuk membantu
mengurangi cengkeraman vaginanya yang sangat erat, dan akhirnya
dengan sebuah tekanan yang kuat, penisku berhasil menembus benteng
selaput keperawanan Ranggi dan amblas sepenuhnya dalam vaginanya..
Hangat sekali terasa dikulit penisku, ketika vagina Ranggi mendekap
erat.. Kubiarkan sebentar sambil kuperhatikan kernyitan di dahi
Ranggi, kurasa dia sedang berusaha menahan rasa perih akibat pecahnya
selaput keperawanannya.. Butir keringat membasahi dahinya yang indah,
dan kulihat dia menggigit bibir bawahnya.. Aahhh..cantik sekali kamu
Ranggi..
Perlahan
kugerakkan pinggangku mundur, dan dengan perlahan pula kutekan maju
kembali.. Masih peret sekali kurasakan vagina Ranggi.. Perlahan
kutambah kecepatan dan kekuatan tekananku, kernyitan di wajah Ranggi
juga mulai menguap digantikan oleh erangan kenikmatan
“Aahhh…aahhh….aahhh…” Semangatku semakin bertambah, dan
semakin kencang pula aku memajumundurkan penisku.. Gesekan kulit
penisku dengan dinding vagina Ranggi, membuat syaraf-syarafku
terangsang dengan hebat.. Takut tak dapat menahan rangsang itu,
kulambatkan gerakanku.. Dua puluh menit telah berlalu, Ranggi tak
dapat menyembunyikan kenikmatan yang dia rasakan..
Erangannya
makin sering terdengar, dan akhirnya memuncak dengan dekapan erat
lengannya dipunggungku.. Kukunya yang tajam mencengkeram dan menusuk
kulit punggungku, ketika akhirnya dia mencapai orgasmenya yang
pertama.. Kuhentikan gerakanku untuk memberinya kesempatan menikmati
orgasmenya, dan kucium lembut bibirnya sambil membiarkan penisku
tetap terbenam dalam vaginanya..
Tak
sadar dia membalas ciumanku, dan bibirnya lembut menyapu bibirku..
Tubuhnya lemas tergolek saat kulepaskan penisku dari dalam
vaginanya.. Meleleh cairan kenikmatan Ranggi, bercampur dengan darah
keperawanannya nampak membasah keluar dari vaginanya.. Kuambil tissue
yang terletak dimeja kecil di samping tempat tidur, dan kuhapus
lelehan cairan kenikmatan dan darah perawan Ranggi..
Kumiringkan
pinggangnya ke kanan, dan kuangkat kaki kanannya ke atas sembari
kembali kutekankan penisku masuk ke dalam vaginanya… Pantatnya yang
putih indah mulai bergoyang saat aku mulai menggerakkan pinggangku
maju-mundur.. Setelah cukup pelumasnya membasahi, kupercepat
gerakanku.. Kuletakan kakinya dipundakku, dan sambil meremasi buah
dadanya yang indah, kupercepat gerakan maju-mundur penisku.. Lima
belas menit tak terasa, keringat makin membajiri tubuhku, sebagian
jatuh menetes di pahanya..
Rangsangan
membuat wajah cantik Ranggi nampak semakin seksi.. Kuletakkan kembali
kaki kanan Ranggi, dan sembari dalam posisi duduk kuletakan kedua
belah pahanya di atas pahaku.. Kembali kugerakkan pinggangku maju
mundur, sambil memperhatikan buah dadanya bergoyang indah seirama
dengan gerakan pinggangku.. Uuhhhh… indah sekali pemandangan ini,
apalagi wajah cantik Ranggi sudah tak mampu lagi menyembunyikan
kenikmatan yang dia rasakan.. Gerakanku makin cepat, dan akhirnya aku
tak tahanlagi untuk tidak menerkam buah dada yang bergerak indah tadi
dengan mulutku.. Sembari tidak mengurangi kecepatan gerakan
pinggangku, kukulum dan kadang kugigit pelan buah dada
Ranggi..
Rangsangan
itu makin membara, dan akhirnya aku tak mampu lagi menahan kenikmatan
itu.. Bebarengan dengan orgasme kedua Ranggi, yang ditandai dengan
cengkeraman kuat kuku tangannya dipunggungku, kuhunjamkan keras
penisku sampai kedasar vaginanya, saat aku mencapai puncak. Dan
penisku menyemburkan sperma ke dalam vagina Ranggi hingga lima kali…
Tubuhku ambruk menindih tubuh Ranggi, terasa nikmat sekali saat
dadaku menekan buah dadanya yang besar dan kenyal itu.. Peluh
benar-benar telah membanjiri tubuh kami berdua, tumpah hingga kesprei
kasur yang sudah nampak kusut sekali.. Dibeberapa bagian, kulihat
ceceran darah perawan Ranggi tercetak jelas di atas sprei
itu..
Setelah
penisku mengecil, kulepaskan dan kurebahkan tubuhku disebelah tubuh
indah Ranggi.. Sempat kulihat titik air mata mebasahi kelopak mata
Ranggi, dan isakan tangisnya pelan terdengar.. Segera kuciumi rambut,
dahi, dan akhirnya kelopak matanya yang basah oleh air mata, sembari
kubisikan kata-kata untuk menenangkannya.. “Udahlah Ranggi, semua
sudah terjadi..” “Kamu jangan takut ya.. Aku pasti akan
bertanggung jawab koq..” Kucium bibirnya yang masih terisak-isak,
dan kudengar lirih suaranya..” Pakk..Ranggi udah gak perawan lagi..
Bagaimana nanti Ranggi mesti cerita ke pacar Ranggi paakk..?” “
Sudahlah Nggi, nanti kita pikirkan ya.. Pokoknya aku akan bantu kamu
sepenuhnya.. Okay?” ujarku seraya membelai rambut yang jatuh
didahinya, dan mengecup bibirnya lembut..
Belaian
dan kecupanku berhasil membuatnya tenang, kupeluk tubuhnya yang masih
telanjang dalam dekapan kedu
a
tanganku.. Dia menyurukkan kepalanya dalam pelukanku, dan kutarik
selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami berdua.. Tak lama nampak
dia tertidur kelelahan dalam dekapanku.. “Ranggi…Ranggi..”
desahku pelan, seraya terjatuh dalam pelukan tidur yang nikmat..
0 komentar:
Posting Komentar