Pagi
itu seperti biasanya Lala bangun dari tidurnya. Sinar mentari dari
jendela kamarnya telah menyilaukan matanya dan membuatnya bangun.
"Wah, kesiangan nih!" ujar Lala menggerutu. Segera saja
gadis kecil itu beregegas menuju kamar mandi. Setelah menanggalkan
semua pakaiannya ia pun mulai menyirami seluruh tubuhnya. Lalu
menyabuni satu persatu anggota tubuhnya mulai dari bagian atas hingga
bawah. Ketika ia menyentuh bagian vitalnya, ia terkejut karena
merasakan ada sisa cairan yang sudah mengering. Tapi ia tetap
meneruskan mandinya. Ia buru-buru sekali pagi itu. Sesampainya di
sekolah semuanya berjalan seperti biasa. Pelajaran yang membosankan,
guru yang menyebalkan, dan semua yang membuatnya jenuh. Hal itu tetap
dijalani Lala dengan hati yang lapang. Namun sewaktu istirahat, ada
sesuatu yang mengganggu pikiran Lala, yaitu ketika anak laki-laki di
kelasnya berkumpul di pojok belakang kelas dan tersenyum senyum
sendiri sembari membolak balik sebuah buku yang terkesan
disembunyikan. Karena penasaran, Lala mendekati mereka dan menanyakan
perihal tersebut. "Eh, kalian lagi baca apaan sih?", tanya
Lala penasaran. "Oh kamu La?!, mau tau aja bacaan cowok. Sana
pergi!"Jawab Bombom mewakili kerumunan anak cowok itu. Lala
semakin penasaran. Namun ia tak kuasa untuk memaksakan
keingintahuannya itu. Dengan berat hati, ia beranjak pergi
meninggalkan kelas. Ketika pulang sekolah, Lala langsung menuju
kamarnya. Entah mengapa rasa penasarannya belum hilang juga. Sewaktu
ia sedang merebahkan dirinya di kasur mendadak Ibu peri datang. "Ada
apa sayang? Kok kamu gelisah gitu?", tanya Ibu peri. "Bu
peri, Lala masih penasaran sama kejadian tadi siang. Lala pengen tau
apa sih yang mereka baca sampe Lala nggak boleh lihat", ujar
Lala lirih. "Sayang, mereka itu membaca buku yang tidak baik.
Buku bacaan buat orang dewasa. Untunglah kamu tidak ikut membacanya",
jawab Ibu peri sembari tersenyum. "Emangnya buku apaan sih?",
tanya Lala lagi. "Ntar kalau kamu udah gede, kamu akan mengerti
sendiri", balas Ibu peri. Lala mengangguk, lalu Ibu peri
menghilang dari pandangan Lala. Tak lama kemudian terdengar suara Bi
Inem memanggil Lala untuk segera turun makan. Keesokan harinya di
sekolah, Lala menerima pelajaran Biologi di kelas. Hari itu mereka
belajar mengenai sistem reproduksi manusia. Sewaktu Ibu guru
menjelaskan mengenai alat-alat reproduksi manusia, sekelompok anak
lelaki tampak tersenyum cengengesan. Hal itu membuat Lala menjadi
risih. Mendadak Ibu guru memnggil namanya. "Lala, coba kamu maju
ke depan. Gambarkan alat reproduksi laki-laki!", ujar Ibu guru.
"Saya Bu?"Jawab Lala gelagapan. "Iya, kamu!", Bu
guru mempertegas suaranya. Sontak saja suasana kelas menjadi riuh.
Anak lelaki semuanya menertawakan Lala. Hal itu membuat Lala semakin
grogi dan gemetaran untuk maju ke depan. "Kenapa kalian
tertawa?", suara Bu guru memecah keramaian. Anak-anak terdiam.
Mereka menundukkan muka masing-masing. Sementara Bombom cs masih
terlihat menahan senyum sembari saling melihat satu sama lain. Bu
guru menjadi kesal dibuatnya. "Coba kamu Bom, maju ke depan.
Gambarkan alat reproduksi wanita beserta fungsinya!", ujar Bu
guru lantang. "I.. iya Bu", jawab Bombom dengan kesal. Lala
dan Bombom lalu maju ke depan kelas. Keduanya tampak bingung karena
tak tau harus menggambar apa. Terutama Lala, jangankan menggambar,
melihat saja ia belum pernah. Sementara Bombom, walaupun ia pernah
melihat gambar porno, tetapi ia bingung bagaimana cara
menggambarkannya di depan tanpa terkesan vulgar. Di saat keduanya
terdiam, bel sekolah mendadak berbunyi menyelamatkan mereka. "Baik
Anak-anak, kita lanjutkan besok pagi. Buat Bombom dan Lala, ini jadi
PR buat kalian. Besok kalian gambar di depan kelas lengkap dengan
fungsinya", ujar Bu guru "Iya Bu.."Jawab mereka hampir
berbarengan. Pulang sekolah Lala melempar tasnya ke ranjang. Ia capek
dan kesal sekali hari itu. Tak lama kemudian ia ketiduran hingga
malam. Begitu ia tersentak, ia terkejut bukan kepalang dan lansung
melompat dari tempat tidurnya. Ia teringat PR yang dikatakan Bu guru.
Segera saja ia membuka tasnya mencari buku biologinya. Tetapi
alangkah terkejutnya dia ketika mengetahui buku tersebut tidak berada
dalam tasnya. "Mungkin ketinggalan di kelas?"Pikirnya. Saat
dia terbengong sendiri, ia tiba-tiba teringat bahwa Bombom juga
mendapat tugas yang sama. Segera saja ia menuju kamar Bombom. Tetapi
yang ia dapati sungguh di luar dugaannya. Begitu pintu kamar terbuka,
tampak Bombom sedang membaca sesuatu sembari memegang alat vitalnya.
Penis Bombom yang sedang ereksi itu berdiri tegak mengacung.
Panjangnya sekitar 14 cm, cukup gede untuk anak sebaya dia. Lala
terkejut bukan main. Tapi ia tidak segera menutup pintu kamar itu
melainkan malah masuk dan mendekati Bombom. "Kamu, La?"ujar
Bombom gelagapan. "Tutup dong pintunya. Nanti dilihat
orang"ujarnya lagi. Lala bergegas menutup pintu lalu kembali
mendekati Bombom. "Astaga Bombom, kamu lagi ngapain?"ujar
Lala keheranan. Walaupun keduanya saudara seayah, namun sejak kecil
mereka nggak pernah begitu dekat untuk hal-hal pribadi seperti mandi
bersama atau lain-lainnya. "Gua lagi onani, enak nih! Kamu mau
pegang nggak?"Tanya Bombom sambil menunjuk penisnya. Lala tak
menjawab. Perasaan malu dan risih masih menggelayuti pikirannya.
Namun, dalam hatinya juga terbersit rasa keingintahuan yang mendalam.
"Ayolah. Nggak apa-apa kok. Coba aja!", ujar Bombom lagi.
Lala mendekat, perlahan ia sentuh Penis Bombom dengan tangannya yang
mungil dan halus. Bombom terkesiap saat merasakan sesuatu yang halus
dan lembut menyentuh penisnya. Lala terkejut, lalu segera melepas
pegangannya. "Aduh, Bom maaf, sakit ya?"Tanya Lala "Nggak
kok. Justru enak banget! Sini, kemariin lagi tanganmu lalu
kocok-kocok kayak gini!"Jawab Bombom sembari memperagakan
bagaimana cara melakukan masturbasi. Tangan Lala mendekat kembali.
Lalu dengan lembut Penis Bombom ia guncang. "Augh.. Enak banget
La! Terusin La! Augh.."Bombom memejamkan mata menahan
kenikamatan yang sedang menderanya. Lala semakin berani. Sesekali ia
mengamati keseluruhan penis bombom mulai dari pangkal pelirnya hingga
ujung kontol Bombom. "Seksi banget.., punya cowok",
pikirnya Setelah beberapa menit kontol Bombom diguncang-guncang oleh
Lala, Bombom menggelinjang hebat dan menyemprotkan cairan putih
kental ke mana-mana, termasuk ke muka Lala. "Aduh La, enak
banget! Maaf ya La, kena muka kamu", ujar Bombom dengan suara
berat. "Nggak apa-apa. Tapi memang ini agak amis"ujar Lala
"Itu namanya sperma atau air mani. Cuma cowok yang bisa
ngeluarin. Kalo kamu cuma bisa ngeluarin air mani. Mau dikeluarin
nggak? Rasanya enak banget lho"ujar Bombom menwarkan diri.
"Emang nggak apa-apa gitu? Ntar aku nggak perawan lagi"Jawab
Lala ragu-ragu. "Ngak apa-apa. Ayo buka rok kamu"Balas
Bombom lagi Lala menamggalkan rok SLTP-nya hingga hanya mengenakan
seragam sekolah dengan bawahan celana dalam putih saja. Di tengah
celana dalam tersebut terdapat gambar kupu-kupu dan di tepinya
berenda. Paha Lala yang putih bersih betul-betul meggairahkan. Bombom
tertegun melihat pemandangan di depannya. "Gila La!, kamu seksi
banget!"Teriak Bombom. "Ih bombom, Lala kan jadi malu.
Segini aja ya. Celana dalamnya nggak usah dibuka"Jawab Lala
tersipu malu. "Ya udah sini, biar aku elus-elus memek kamu"ujar
bombom Lala seperti terhipnotis dan mendekat ke arah Bombom. Entah
apa yang terdapat di benaknya. Mungkin Ia telah teransang dan merasa
bergairah sewaktu memegang penis Bombom tadi. Bombom memulai aksinya.
Dengan lembut ia sentuh celana dalam Lala. Lalu ia merab-raba mencari
dimana"Bibir kecil manis"Itu berada. Dan ketika ia
menyentuh memek Lala yang tertutup celana dalam itu, raut muka Lala
berubah. Ia mendesis dan bergumam sendiri. Bombm semakin berani, ia
memesukkan jarinya ke sela-sela celana dalam Lala dan mengelus-elus
memek Lala. Lala semakin salah tingkah, rasa nikmat menggetarkan
seluruh tubuhnya, matanya mulai terpejam. Hal itu dimanfaatkan Bombom
untuk menrik celana alam Lala turun. Sekarang memek Lala yang mungil
terpampang jelas. Bulu-bulu halus telah tumbuh diatasnya, walaupun
masih tipis. Sementara ke bawah lagi seonggok daging menggumpal
indah, berbelah bagai lipatan surga. "Gila!, seksi banget nih
lobang sorga!"ujar Bombom dalam hati Lala menyadari bahwa celana
dalamnya telah ditanggalkan oleh bombom, namun rasa malunya telah
dikalahkan oleh nafsu birahi yang kian memuncak. Bombom merebahkan
Lala ke tempat tidur. Gadis kecil itu mengangkangkan kakinya hingga
memeknya kelihatan semua. Bombom menjulurkan lidahnya lalu mulai
menjilati bibir vagina Lala. Lala menggelinjaing menahan nikmat.
"Gila! Enak banget Bom, terus Bom.. Augh.."ujar Lala
menggeliat. Bombom terus menjilat-jilat memek Lala hingga seluruh
bagian memek mungil tersebut basah oleh air liurnya. Sebenarnya ia
pengen sekali memasukkan jarinya ke dalam memek saudarinya itu. Namun
ia takut saudarinya itu kehilangan keperawanannya. hingga akhirnya ia
urungkan niatnya dan tetap terus menjilati memek Lala. Beberapa saat
kemudian, Lala mengelinjang hebat dan mengeluarkan cairan dari lobang
memeknya. Rupanya Lala telah mencapai orgasmenya yang pertama. Bombom
memandangi wajah Lala yang keletihan dengan puas. Lala lalu terjaga
dari "Tidurnya", lalu menoleh ke arah Bombom. "Bener-bener
enak Bom!" Pantas kamu ketagihan"ujar Lala "Gua bilang
juga apa."Jawab Bombom Lala lalu mengenakan pakaiannya kembali.
Mendadak ia teringat PR yang diberikan Ibu guru. "Bom, Kamu udah
buat PR? Gua pinjam buku biologi kamu dong" ujar Lala. "Belom,
kebetulan buku gua juga dipinjam sama Jessica. Udah, kamu gambar aja
ini" ujar Bombom sambil menunjukkan penisnya. "Lho kok
mengecil?" Tanya Lala keheranan. "Iya dong, kan capek. Kalo
kamu pengen gedein lagi, elus lagi dong" ujar Bombom
cengengesan. "Ah, kamu bisa aja"Jawab Lala. Malam itu
keduanya mengerjakan PR mereka sambil mengenal organ seks
masing-masing. Lala jadi mengerti seluk beluk penis Bombom, dan
bombom memahami memek cewek melalui"Pendekatan"Secara
langsung dengan memek Lala.
"Huh.., bete banget deh" sungut Lala sambil mematikan TV. Sekarang Lala sedang sendirian di rumah. Sudah seminggu ini, Papa Lala tugas keluar kota dan rencananya baru pulang minggu depan. Mama Lala sedang pergei arisan di rumah temannya. Bombom juga pergi menginap di rumah temannya. Pembantu mereka pulang kampung menjenguk keluarganya yang sakit. Ibu peri juga jarang menjenguk Lala. Bosan menonton TV, Lala lalu pergi ke kamarnya di lantai dua. "Coba Bombom nggak pergi, kita bisa main kayak kemarin dulu" pikir Lala. Memang sejak pengalaman oral seksnya dengan Bombom (baca Bidadari X - 1), Lala sering mengulangi perbuatannya dengan Bombom. Tentu saja diam-diam kalo Mama dan Papa Lala lagi nggak ada dirumah. Bahkan Ibu peri pun tidak Lala beri tahu tentang aktivitasnya yang satu ini. Lala berdiri di depan cermin besar yang ada di kamarnya. Kemudian dia melepas pakaian, BH, dan celana dalamnya. Sekarang Lala telanjang bulat sambil memandang dirinya sendiri di cermin. Lala memandangi wajahnya yang cantik manis, kulitnya yang putih mulus, dadanya yang baru tumbuh dengan puting mencuat gara-gara bombom sering gemas kalo mengulum puting itu, dan vaginanya yang terawat dengan bulu-bulu halus yang masih jarang. "Uuhh.., enak.", desah Lala sambil tangannya yang kiri mengelus lembut dadanya sendiri. Sesekali dipilinnya putingnya sambil membayangkan kalo Kak Rendi yang sedang melumat putingnya itu. Tangan kanannya juga tidak Lala biarkan menganggur tetapi sibuk mengusap lembut vaginanya terutama bagian agak menonjol yang bernama klitoris seperti yang sudah dipelajari Lala dalam pelajaran anatomi tubuh manusia di sekolah. Lala merasa nikmat sekali bila klitorisnya diusap-usap, apalagi kalo dihisap mulutnya bombom. Mata Lala terpejam, kelihatannya dia asyik menikmati perbuatannya itu sampai Lala tidak menyadari kalo ada seseorang membuka pintu kamarnya. "LALA! Apa yang kamu lakukan?!" Lala kaget sekali. Dia segera menghentikan kegiatannya lalu menoleh ke pintu kamarnya. Ternyata disana sudah berdiri Mama Lala dengan wajah yang kelihatannya sangat marah. "Mmaa.. Ma", kata Lala sambil ketakutan. "Ehm ternyata kalo lagi sendirian, kamu sering melakukan perbuatan kurang ajar seperti ini ya?!", cibir Mama Lala. "Mm.. maafin Lala, Ma", jawab Lala ketakutan sambil berusaha menutupi dada dan kemaluannya. Mama Lala mendekat sambil memandang Lala yang masih telanjang. "Ehm.. anak kurang ajar ini rupanya sudah tumbuh jadi gadis yang cantik sekali. Sekarang aku punya kesempatan mencoba oleh-oleh dari temenku dari Belanda sambil mempraktekan apa yang kulihat dari VCD kemarin.", pikir Mama Lala dalam hati. "Kamu akan Mama hukum. Sekarang tunggu disini dan jangan pakai bajumu. Kalo kamu tidak mau menurut sama Mama, akan Mama beritahukan perbuatan kamu ini ke Papa.", kata Mama Lala sambil keluar kamar. "Iya, Ma.", jawab Lala pelan. Lala takut sekali kalo Mama mengadukan dia ke Papa. Lala berpikir hukuman apa yang akan dijatuhkan Mama. Apa dia akan dipukul? Tapi Lala berpikir lebih baik dipukul daripada diadukan ke Papa. Tak lama kemudian Mama Lala kembali dengan hanya memakai kimono sambil membawa sebuah kotak. Mama menyuruh Lala berdiri mendekat. Kemudian Mama melepas kimononya. Lala kaget, ternyata Mamanya tidak memakai apa-apa di balik kimononya. Diam-diam Lala kagum terhadap Mamanya yang jelas merawat tubuhnya dengan baik. Lala mengamati wajah Mamanya yang masih cantik, tubuhnya yang masih langsing dan bagus, dadanya juga indah, besar tapi tidak turun dan masih padat, dan vagina Mamanya ternyata bulunya dicukur habis. "Sekarang kamu harus menurut sama Mama dan jangan ceritakan ini ke siapa pun. Kalo tidak Mama akan melaporkan kamu ke Papa", perintah Mama. "Iya, Ma.", jawab Lala ketakutan. Tiba-tiba Mama Lala mencium bibir Lala dengan penuh nafsu. Mama Lala penasaran ingin tahu rasanya bercinta sesama perempuan setelah dia melihat VCD porno milik temennya yang ada adegan lesbinya. Sekarang dia bisa mencobanya dengan anak tirinya ini. Lala terkejut tetapi dia tidak berani melawan perbuatan Mamanya. Diam-diam Lala bersyukur bahwa hukumannya ternyata tidak dipukul seperti biasanya. Lala heran dengan perbuatan Mamanya tapi lama-lama Lala juga menikmatinya. Lidah Mamanya bergerak liar dimulutnya, Lala pun meniru perbuatan Mamanya. Mulanya memang Lala agak kaku dan risih, tapi kemudian dia menikmatinya. Apalagi tangan Mamanya juga mulai meremas-remas pantat Lala sambil sesekali mampir mengusap-usap memek Lala, dan tangan satunya liar beroperasi di dada Lala sambil memilin putingnya. Nafsu Lala mulai naik seperti kalo dia lagi oral dengan bombom. Lala merasa kakinya mulai lemas oleh kenikmatan. "Ma, Lala capek berdiri.", keluh Lala. "OK. Sekarang kita ke ranjang aja.", jawab Mama sambil mendahului tidur di ranjang Lala. "Kamu juga naik kesini dan cium susu Mama sambil diremas-remas." Lala menurut. Lala menciumi payudara Mamanya yang besar itu sambil tangannya meremas payudara yang satunya. "Eehhm.. yeah. Terusin La, isep putingnya. ookh.. anak pintar.", desah Mama Lala keenakan. Lala senang mendengar Mamanya senang. Mama nggak pernah memuji Lala sebelumnya. Lagipula Lala suka melakukan perintah Mamanya yang satu ini. Lala gemas dengan payudara Mamanya, dia suka sekali kalo Mamanya mendesah keenakan ketika putingnya Lala isap keras-keras. "Aakh.. bagus sayang. Memek Mama coba kamu usap pake tangan kamu. aakh.. yeah begitu. Jari kamu masukin ke lubang memek Mama, pakai tiga jari biar lebih enak. ookh kocok-kocok keluar masuk. aakh.." Lala mengocok memek Mamanya, mula-mula pelan lalu bertambah cepat. Lala merasakan jarinya basah oleh cairan, memek Mamanya jadi agak becek oleh cairan kenikmatan yang membanjir. "Eehm.. sekarang jilatin memek Mama.", perintah Mama Lala. Lala mencoba apa yang sering dilakukan Bombom pada memeknya kalo lagi oral. Lala menciumi memek Mamanya, lidahnya bergerak liar sambil sesekali menusuk lubang memek itu. Tak lupa, Lala juga mengulum klitoris Mamanya dengan kuat karena Lala merasa paling enak kalo Bombom mengulum klitorisnya. Tubuh Mamanya kontan tersentak, dan pantatnya agak terangkat sebentar. "Ookh.. eehm.. belajar dari mana kamu sayang?", tanya Mama Lala. Lala tak berani menjawab kalo Bombom yang mengajari. Lala meneruskan mengerjai memek Mamanya sambil sekarang jarinya ikut mengocok memek Mamanya dengan cepat. "Aakkhh.. Mama nyampe sayang. aakkhh..", jerit Mama sambil menjepitkan pahanya dan tangannya menjambak rambut Lala. Mama Lala beristirahat sejenak sambil menikmati sisa-sisa orgasmenya yang pertama. Kemudian Mama Lala menyuruh Lala tidur telentang. Sekarang gantian Mama Lala yang beroperasi. "Kamu cantik sekali La. Mama akan bikin kamu merasa keenakan.", puji Mama. Lala senang sekali. Mama mencium bibir Lala sambil tangannya meraba-raba tubuh Lala. Ciuman Mama turun ke leher. Lala menikmatinya, nafsunya mulai naik. Kemudian mulut Mama beroperasi di dada Lala yang baru tumbuh dan masih terlihat datar. Puting Lala dikulum kuat-kuat oleh Mama sambil tangannya mulai aktif di memek Lala. "Eehmm.. Enak Ma esstt..", desah Lala. Puting Lala bertambah keras dan besar karena rangsangan dari Mama. Kemudian kaki Lala dibuka karena Mama Lala akan mengerjai memek anaknya itu. Mama Lala mulai menjilat memek anaknya. "Sstt aakh.. terus Ma.", erang Lala bertambah keras. Lidah Mamanya terasa mengorek-ngorek liang memeknya dengan liar. Lala mendesah merasakan nikmat birahi yang melanda dirinya. Apalagi ketika Mamanya menyedot klitorisnya, badan Lala sampai melengkung ke atas menahan nikmat. Mama Lala pun menemukan keasyikan tersendiri menjilati memek anak tirinya itu. Dia terus menjilati memek anaknya. Semakin Lala mendesah dengan keras dan merasa nikmat, Mama Lala pun semakin bersemangat mempermainkan memek mungil yang masih perawan itu. Mama Lala pun menahan diri untuk tidak menggunakan jarinya, belum waktunya pikir Mama Lala. "Aakkhh.. aah Ma, Lala.. eh.. Lala..aakh..". Lala merasakan ada sesuatu dalam dirinya yang mau jebol keluar dan dia tidak dapat menahannya lagi. Kakinya dirapatkan menjepit kepala Mamanya. Lala pun mengalami orgasmenya yang pertama. Cairan kenikmatan Lala yang membanjir keluar ditelan habis oleh Mamanya. Setelah itu badan Lala lemas dan dia terkulai di ranjangnya. "Hukuman untukmu belum selesai Lala.", kata Mamanya. Lala melihat Mamanya berdiri dan menghampiri kotak yang ada di meja. Kelihatannya Mamanya mengambil sesuatu dari dalam kotak lalu memasangnya seperti sabuk melingkari pinggang dan pantatnya. Lala tidak bisa melihat benda itu dengan jelas karena Mamanya memunggunginya. Dan ketika Mamanya berbalik, Lala kaget sekali. Benda itu ternyata berbentuk seperti burungnya bombom tetapi dari karet dan dua kali lebih besar dari punya Bombom. Penis karet dipasang Mamanya hingga seakan-akan Mamanya adalah laki-laki. "Ma, kok Mama pake barang kayak gitu sih?", tanya Lala heran. "He.. he.. kamu pasti suka sama barang ini. Sekarang kamu kulum kontol ini pake mulut kamu.", perintah Mama. Lala menurut, lagipula Lala memang suka mengulum burungnya Bombom. Dan punya Mama kelihatannya lebih besar dan menarik sekali. Lala mempraktekan pengalamannya dengan burung Bombom pada mainan Mamanya. Tapi penis mainan Mama ternyata lebih besar, mulut Lala hampir tidak muat menampung besarnya benda itu. Walaupun dipaksa, penis mainan itu cuma bisa masuk separuhnya. Mama Lala memegangi kepala Lala sambil memaju mundurkan pinggulnya seperti memperkosa mulut Lala. Mama Lala menikmati perbuatannya itu sambil tertawa senang. Kemudian Mama Lala mengajak Lala memainkan posisi 69 dengan Mama Lala dibawah agar dapat menjilati memek anaknya lagi. "Eehm.. eehhmm.. sst.. aakh Mama.. enak Ma ehhm.. eehm.", desah Lala saat dia mengambil nafas, lalu dia meneruskan kulumannya.
0 komentar:
Posting Komentar