AGEN POKER ONLINE - Elsa
adalah seorang mahasiswi asal Pekalongan, Jawa Tengah. Aku
mengenalnya ketika kami sama-sama menjadi peserta dalam kegiatan
workshop bagi mahasiswa/i. Dia peserta dari sebuah sekolah tinggi
ekonomi di kota S, sedangkan aku dikirim mewakili kampusku.
Selama
workshop, sebenarnya aku sudah mulai merasa kalau dia
memperhatikanku, tapi aku juga tahu kalau dia sudah punya seorang
cowok. Sehingga hubungan kami saat itu hanya sebatas SMS. Sampai pada
satu jumat malam di bulan November tahun 2014.
Elsa
menelponku. Intinya dia mengatakan bsok pagi akan ke kota Y dan minta
aku menjemputnya di terminal. Perkiraan kalau dia berangkat dari Kota
S jam 7, maka jam 10 atau paling lambat jam 11 dia akan tiba di
Y.
Keesokan
harinya pukul 10 pagi aku sudah stand by di terminal bis antar kota
di kotaku. Saat sedang mencari-cari, tiba-tiba saja dari belakang
Elsa mengagetkanku. Dia tidak banyak berubah, tinggi 168 cm, rambut
sebahu, bentuk wajahnya tirus mirip seperti artis Nia
Ramadhani.
Namun
tubuh Elsa lebih berisi, terutama dengan payudara yang berukuran 34
B. Saat aku terpana melihat tubuhnya, dia tiba-tiba saja memelukku.
“mas, aku kangen. Pengen banyak cerita sama kamu, pengen tukar
pikiran dan diskusi kaya saat workshop dulu”
ungkapnya.
“iya..iya..udah
ah, ga enak diliat orang banyak” kataku sambil melepaskan
pelukannya.
“Mau
nginap dimana kamu malam ini? Masak mau langsung pulang ke
S?”tanyaku.
“aku
nginap di kost mas Ari aja boleh khan?”jawabnya.
“mana
boleh non, bisa digrebek ama orang kampong” jawabku.
Akhirnya
dia sepakat akan tidur di sebuah hotel melati dekat kostku, biayanya
aku bantu setengah, karena dia juga tidak membawa banyak
uang.
Singkatnya,
setelah Elsa mandi dan berganti pakaian kami berjalan-jalan keliling
kota Y, selama perjalanan, dia banyak bercerita tentang hubungannya
dengan cowoknya yang mulai banyak ketidak cocokan dan sering diwarnai
pertengkaran.
Setelah
makan malam, jam 9 malam aku mengantarkan dia kembali ke hotel
tempatnya menginap. Setelah itu aku kembali ke kostku. Pukul setengah
11 malam Elsa menelponku.
“mas,
aku ga bisa tidur, hotelnya serem, mas Ari kesini donk, temanin aku”
pintanya.
Maka
aku pun langsung menuju hotel itu. Ketika menuju kamar Elsa, aku
sempat melihat beberapa pasangan chek in, ada yg masih muda, ada pula
yang sudah berumur.
Pahamlah
aku bahwa hotel ini termasuk hotel esek-esek yang banyak dibicarakan
teman-teman kampusku. Kamar yang ditempati Elsa berada di ujung
lorong, sehingga terlihat memang lebih luas,
Elsa
masih belum ganti baju,
“aku
mau k kamr mandi takut mas, lampunya kecil” jawabnya ketika kutanya
kenapa ga ganti baju.
“Ya
udah, aku disini, kamu cuci muka trus ganti baju tidur ya” kataku.
Sementara aku tiduran diatas spring bed, ternyata karena takut (atau
entah sengaja) Elsa ganti baju tanpa menutup pintu kamar mandi, tentu
saja aku bisa melihatnya dari kaca besar di depan pintu kamar
mandi.
Dari
situ aku melihat Elsa hanya mengenakan celana dalam, tanpa BH di
balik daster tidurnya.
Dengan
menggunakan daster, Elsa naik ke atas spring bed dan berbaring di
sebelahku.
Sedikit
ja’im aku kemudian duduk,
“kamu
mau tak tungguin disini atau aku pulang aja ke kost?”
tanyaku.
“Mas
Ari disini aja, khan kita ga ngapa-ngapain” jawabnya.
Aku
pun turun dari spring bed dan duduk di kursi berlengan yang ada dalam
kamar itu.
“lho,
kok di situ sich? Disini aja ama aku. Khan tempat tidurnya masih
luas” protes Elsa.
Dari
pada diprotes terus (dan karena memang ngarepin) aku pun kembali
berbaring di sebelahnya. Lama kami terdiam, aku kira dia sudah
tertidur, sehingga aku kemudian membuka ikat pinggang dan retslueting
celana jeansku, karena aku memang tidak biasa tidur dengan celana
jeans,
Bahkan
kadang aku tidur hanya dengan celana pendek, tanpa celana
dalam.
“kenapa
mas? Sesak ya?” Tanya Elsa yg ternyata belum tidur.
“iya,
aku ga biasa tidur pakai jeans” jawabku.
“ya
udah, celananya dibuka aja, mas Ari pakai selimut ini lho” kata
Elsa lagi smbil menyerahkan selimut dan kemudian membalik badannya.
Jadilah aku hanya bercelana dalam berbungkus selimut tidur disamping
Elsa.
Sekitar
jam 3 dinihari, aku terbangun karena seperti mendengar suara tangis.
Ketika kubuka mata, ternyata di depanku Elsa menangis sambil
memandangku.
Aku
yang bingung kemudian bertanya kenapa, bukannya menjawab, tangis Elsa
justru makin kuat. Khawatir diduga melakukan kekerasan oleh orang
diluar kamar, aku menarik Elsa dan mendekapnya.
Elsa
memelukku erat dan bercerita bahwa awal mula tidak harmonisnya
hubungan antara dia dengan cowoknya karena cowoknya memaksa dia untuk
berhubungan badan. Benar-benar iba, aku pun mendekapnya dalam
pelukanku.
Lupa
kalau saat itu aku hanya memakai celana dalam. Makin lama saling
berpelukan, kami pun makin terbawa suasana, dari hanya saling memeluk
dan berpandangan, perlahan bibir kami mulai saling mendekat dan
berpagutan, rasa asin dari air matanya tak kurasakan, yang ada
hanyalah nafsu.
Elsa
pun mulai menunjukkan hal yang sama. Nafasnya makin memburu,
permainan lidahnya makin agresif, bahkan gerakan tangannya mulai
meremas lengan dan kaos yang kukenakan.
Remasannya
makin lama malah menarik kaosku ke atas, seolah meminta aku
melepasnya, maka kubuka kaosku dan tinggal bercelana dalam dihadapan
Elsa.
Melihat
dadaku yang ditumbuhi bulu halus, Elsa keliatan makin bernafsu, dia
memegang dadaku dan meremasnya, aku pun merasa tak perlu berbasa-basi
lagi, maka segera kutarik keatas pula dasternya, sehingga dia pun
hanya tinggal memakai celana dalam.
Kami
sempat saling memandang, “mas, aku pernah menolak untuk ML sama
aku, sampai dia memaksaku dan bahkan mendekap mulutku dengan bantal,
tapi sekarang aku ikhlas mas, kalau kamu mau jadi pacarku, aku ikhlas
menyerahkan diriku ke kamu malam ini” kata Elsa sambil
menangis.
Aku
tidak menjawab, aku kembali menariknya ke pelukanku, memberinya waktu
untuk melepaskan semua beban yang ada dihatinya. Namun tak lama
kemudian, dia mulai kembali menciumi bibirku. Kami pun kembali saling
berpagutan, kali ini tidak ada lagi ja’im di benakku.
Sambil
tetap berciuman bibir, tanganku mulai meremas-remas toket dan
pantatnya. Dia yang mulanya hanya meremas lengan dan dadaku, perlahan
tangannya turun tapi terhenti di atas perutku. Karena tak sabar,
langsung kuarahkan tangannya untuk memegang kontolku.
Dan
dia pun menggenggam kontolku dengan kuat. Bibirku mulai turun ke
lehernya, kugigit pelan dan kuhisap-hisap sehingga meninggalkan bekas
merah di kulitnya yang putih, terus aku turun dan mulai mendekati
dadanya, kuhisap toketnya, sambil terkadang kupilin putingnya
bergantian, dia makin bergoyang liar remasan-remasan tangannya mulai
membuat perih di tubuhku.
Aku
terus menggigit-gigit pelan dan menghisap tubuhnya, turun ke perut
dan terus turun, sampai pada batas atas celana dalam hitam yang
dikenakannya. Aku berhenti, dan memandangnya,
“boleh
aku buka?” tanyaku, dia mengangguk dengan menatapku sayu.
Dengan
kedua tangan kubuka penghalang terakhir antara aku dan lubang
kenikmatannya, bulu-bulu jembutnya tipis dan wangi menunjukkan dia
rajin merawat propertinya itu.
Belahan
memeknya masih sangat rapat, kuminta dia untuk melebarkan kedua
kakinya, dia sempat menolak, “malu mas” tapi setelah aku sedikit
memaksa, di pun mulai melebarkan kedua kakinya, menunjukkan bagaian
dalam memeknya yang berwarna merah muda.
Langsung
kucium, kujilat dan kuhisap-hisap semua bagian memeknya, mulai bagian
labia mayora (bener ga sich itu namanya?) sampai klitorisnya yang
berbentuk benjolan sebesar kacang tanah. Dan akibatnya.
Elsa
seperti kesetanan, pinggulnya naik-turun berusaha menghindari
seranganku ke memeknya,
“udah
mas, udah.. geli..aku geli…” tukasnya.
Tapi
aku pun terus berusaha merapatkan bibirku ke titik sensitive
itu.
Dan
tiba-tiba dia berkata “maasss, aku…mau.. pipis….” belum
sempat aku menarik kepalaku dari pangkal pahanya, justru kedua paha
itu menjepit kepalaku, kedua tangannya menekan kepalaku semakin
mendekati memeknya dan pinggulnya diangkat tinggi-tinggi.
Dia
mendapatkan orgasme pertamanya setelah ku rangsang dan ku oral selama
15 menit. Tak ayal cairan memeknya pun membasahi hidung dan mulutku.
Aroma dan rasa yang khas membuatku makin bernafsu terus kuhisap semua
cairan yang keluar dari lubang itu sampai habis.
Setelah
jepitan pahanya agak melonggar, aku langsung kembali ke sampingnya.
Kucium bibirnya sambil kubelai-belai toketnya.
“Enak,
ga ?” tanyaku.
“Enak
banget, aku sampai lemes banget.
Mas
Ari pasti udah sering ya, kok pengalaman banget?” tanyanya *dalam
situasi seperti ini, kalau aku jujur aku sudah pernah ML sama 3 cewek
sebelum dia bisa merusak suasana* maka kujawab “ aku baru pertama
sama kamu ini kok.
Aku
Cuma sering liat BF aja”
“wah,
pantes, belajarnya dari film” kata Elsa sambil tersenyum dan
memelukku.
Setelah
1 menit, dia mencium bibirku dan bertanya “sekarang aku mesti
gimana buat gentian muasin mas Ari?”
Aku
pun tersenyum dan melirik kontolku yang kepalanya sudah keluar dari
batas celana dalamku. Dia tersenyum, lalu mulai bergerak membuka
celana dalam yang aku kenakan.
Dia
memegang kontolku lalu bertanya “mau diapain ini mas?” pertanyaan
lugu yang menggoda, tapi karena malas basa-basi lagi aku pun menjawab
“masukin ke memekmu donk, tapi sebelumnya diisep dulu” dia
tersenyum, lalu mulai mengocok pelan kontolku.
Setelah
agak keras, dia mulai memasukkan junior ke dalam mulutnya dan
menghisapnya, tapi karena memang belum pernah (setidaknya menurut
pengakuannya) maka rasanya pun tidak terlalu enak.
Agak
sakit malah, karena beberapa kali menyentuh giginya.
“jangan
kena gigi donk yang, sakit” kataku.
“aduh
mas, sorry, aku ga bisa kaya gini” jawabnya
“Mas
langsung main aja yah, aku pasrah kok” katanya. Lalu dia berbaring
disampingku sambil membuka kedua kakinya.
Melihat
posisi itu, aku pun bangkit, kujilati sebentar klitorisnya supaya
agak basah, dia mulai mendesah pelan.
Kubasahi
juga ujung kontolku dengan sedikit air liur, lalu mulai
kugesek-gesekkan di depan lubang memeknya. Meski mengaku sudah tidak
perawan karena paksaan mantan cowoknya, ternyata lubang memek Elsa
sangat sulit ditembus.
Masih
sangat sempit, dan aku ga tega ketika sedikit memaksa mendengar dia
menjerit tertahan,
“aduh
mas, sakit mas…” maka kutunda lagi memasukkan kontolku dalam
memeknya. Sambil tetap kugesek-gesek, aku mulai mendorong ketika
kurasa sudah cukup basah, berhasil masuk kepala kontolku masuk
kedalam memeknya.
Di
sinilah aku merasakan perbedaan antara memek Elsa dengan memek milik
Ika, Icha dan Eta yang pernah kurasakan seblumnya.
Kalau
memek lain kenikmatan itu sangat terasa ketika aku memasukkan
kontolku dalam-dalam, maka memek Elsa terasa sangat menjepit justru
ketika baru sepertiga kontolku masuk. Maka aku pun, hanya
menggerakkan kontolku maju mundur di titik itu.
Namun
berbeda dengan yang kurasakan, Elsa justru sangat kesakitan dengan
cara itu. “mas, cabut dulu mas.
Sakit
mas” ujarnya. “ya, bentar yah, aku enak bgt nich sayang”
kataku.
Dia
seperti menahan rasa sakit, bibirnya digigit. “mas, udah dulu
donk…sakit nich, perih…” katanya lagi. Sebenarnya aku ga tega,
tapi aku pun merasakan kenikmatan dengan hanya bermain di permukaan
memeknya itu.
Akhirnya
aku mengalah dan memutuskan untuk mencabut kontolku dari memeknya.
Namun sebelum mencabut, aku ingin mencoba memasukkan keseluruhan
batang kontolku dalam memeknya, maka kudorong penuh kontolku ke dalam
memeknya.
Sedalam
aku bisa, namun ternyata mentok dan aku bisa bisa merasakan dinding
rahimnya tepat di depan kepala kontolku.
Saat
itulah aku merasakan perubahan pada diri Elsa. Dia yang semula
menahan sakit sambil menggigit bibir dan memejamkan mata, tiba-tiba
matanya terbuka lebar, mulutnya menganga tertahan. “mmmaaaassssss……”
suaranya tertahan dan bergetar.
“Eeennnnnaaaaakkkk
bbaaaannggeeettttt mmmaaasss….”katanya. Tangannya mencengkram
erat kedua lenganku. Sesaat kemudian dia berubah makin liar, setiap
kali aku tarik mundur kontolku, dia justru memajukan memeknya seolah
tidak mau melepaskan sedikit pun kontolku dari memeknya.
Tangannya
memelukku erat, kemudian tubuhnya tiba-tiba mendorongku berguling ke
kanan sehingga sekarang dia berada di atas tubuhku.
Dia
tetap memelukku erat sambil menggoyangkan pinggulnya ke semua arah,
maju-mundur, kanan-kiri, depan-belakang bahkan diselingi memutar, aku
yang merasakan perubahan ini kemudian mulai mengatur
posisi.
Kuluruskan
kedua kakiku dan menbiarkan tubuh Elsa menguasaiku, dia menggerakkan
pinggulnya ke segala arah bagai kesetanan, aku berusaha mengimbangi
gerakannya dengan melawan arah setiap gerakan pinggulnya.
Tetes
keringat kami membasahi kasur, tapi keganasan Elsa seolah tidak akan
berakhir. Beberapa saat kemudian tiba-tiba dia menekan dalam-dalam
pinggulnya. Tangan kanannya mencengkram lengan kiriku dan tangan
kirinya menjambak rambutku.
Kontolku
seperti diremas-remas dengan kuat oleh memeknya dan dia menjerit
tertahan.
“aaaaaccchhhh……”
tubuhnya mengejang, kaku sesaat lalu ambruk diatas tubuhku. “enak
banget mas..enak banget….aku pengen terus ama kamu kaya gini. Enak
banget” ujarnya berbisik di telingaku.
Aku
hanya tersenyum mendengar kata-katanya, sementara Elsa masih
terbaring lemas diatas tubuhku, kontolku yang masih menancap dalam
memeknya bergerak-gerak mencari perhatian dia pun merasakannya, dan
mulai bangkit.
“mas,
aku lemes banget, mas diatas aja dech, aku pasrah. Udah lemes bgt
nich”katanya.
Dia
lantas menjatuhkan tubuhnya, dan sambil membuka lebar tangan dan
kakinya, dia berkata nakal “aku pasrah mas, perkosa aku, nodai
diriku sepuasmu…..” sambil tersenyum nakal.
Aku
pun langsung, naik ke atas tubuhnya. Sengaja kuangkat kedua kakinya
sambil kulingkarkan di pinggangku.
“gini,
biar kerasa makin enak” kataku, sesaat kemudian aku mulai mendorong
kontolku masuk dalam memeknya. Ini perbedaan kedua antara memek Elsa
dengan memek lain yang pernah kurasakan, meski basah karena cairan
orgasme sebelumnya.
Tapi
ketika kumasukkan, tetap aja kontolku rasanya seperti dijepit dengan
kuat. Aku pun mulai menggoyang pinggulku maju-mundur.
Setelah
melihat liarnya Elsa saat kumasukkan dalam kontolku, dan merasakan
kenikmatan memeknya saat di permukaan, maka kucoba memainkan masuknya
kontolku dengan ritme 3 plus 1.
Yaitu
tiga kali aku dorong dengan hanya memasukkan sepertiga kontolku, dan
kemudian satu kali dorongan dalam yang memasukkan kontolku
sedalam-dalamnya sampai terasa mentok di dinding rahim Elsa.
Dan
efeknya, meski mengaku sudah lemas, tapi tiap kali aku dorong dalam
kontolku dalam memeknya, tubuh Elsa seperti mengejang. Pinggulnya
ikut terangkat tiap kali aku menarik kontolku.
Dan
suaranya tertahan “mmaaasss….” Dia terus meremas lenganku dan
menggigit kuat bibirnya sendiri. “mmmaaasss, jangan nyiksa aku
doonkk… masukin yang daallleeem dddooonnkkk….” Pintanya dengan
mata sayu menatapku dan suara bergetar.
Karena
kasihan, aku pun langsung menaikkan ritme goyanganku dengan mendorong
dalam kontolku dalam memeknya. Dan Elsa kembali kesetanan.
Dia
membalas setiap tusukan kontolku dengan gerakan pinggul yang ke
segala arah, bahkan tangannya meremas erat kedua pantatku sambil
menakannya agar makin dalam masuk dalam memeknya.
“mmass,
dalam lagi mmaaass, masukkiinn dalem lagi…eennaakk bangeettt
masss….”ujarnya. Dan gerakan pinggulnya pun kurasakan makin
terasa nikmat ketika memeknya terasa memijat dan meremas-remas
kontolku, dan ini membuat aku pun mulai merasakan cairan lahar putih
akan mulai muntah dari kontolku.
“Elsa,
aku mau keluar sayang, aku tarik yah” kataku.
Elsa
mengangguk, namun gerakan pinggulnya dan tangannya berkata
sebaliknya, pinggulnya justru makin terangkat ke atas, sedangkan
tangannya makin menekan pantatku untuk makin masuk ke dalam
memeknya.
Sementara
didalam pun kontolku terasa makin kuat disedot, diremas dan dipijat
otot-otot memeknya. Akhirnya karena tak tahan aku pun memuntahkan
pejuhku dalam memeknya.
Crot..
crot.. crot..dan sedetik kemudian Elsa kembali mengejang, badannya
kaku dengan posisi tangan menekan pantatku agar makin mendorong masuk
kontolku dalam lubang memeknya.
“mmaaasss….aaaccchhhh….eeennna
aakkkk” tertahan dengan suar bergetar. Aku segera mencabut kontolku
dari memeknya dan menjatuhkan badanku disampingnya.
Kulirik
jam di HPku, jam 7 kurang 20 menit. Berarti sekitar 3,5 jam kami
memadu kasih dan mengejar surga dunia.
Aku
mencium bibirnya sambil meremas toketnya. “Aku sayang kamu, mas…”
kata Elsa. Kami pun kembali tertidur sampai jam 10 pagi Setelah itu
kami mandi bersama. Setelah sarapan aku kembali mengantar Elsa ke
terminal bus untuk kembali ke kota S.
Sejak
saat itu, aku berpacaran dengan Elsa. Hubungan kami sempat berjalan
selama sekitar 2 tahun, sampai akhirnya dia dijodohkan dengan seorang
pElsa tetangga kampungnya di Pekalongan. Sekarang dia telah memiliki
2 anak dan tinggal di kota S.
0 komentar:
Posting Komentar