AGEN POKER ONLINE - Ingin
kuceritakan pengalamanku yang kedua bersama dengan Santi dan temannya
yang bernama Wati. Sebagai gambaran Wati ini adalah seorang wanita
yang pendiam dan sangat sopan. Ok, akan kumulai cerita dimana aku
berkenalan dengan Wati. Sesudah aku dan Santi bersetubuh di WC dekat
warnetnya maka kuputuskan untuk menemaninya sebentar, sehingga
terpaksa aku harus memasuki warnet XX tersebut. Dan kami berdua
disambut oleh senyum dari Wati, karena aku belum kenal dengannya maka
aku pun berinisiatif memperkenalkan diri.
“Donny”,
sambil kuhampiri Wati yang sedang duduk. “Wati”, jawabnya. “San,
gimana tuh tadi di WC? asik nggak?” tanyanya kepada Santi. Santi
hanya tersenyum. Kupikir sebelum aku menanggung malu lebih banyak
lagi, maka aku berniat untuk pulang. “San, Wati, aku pulang dulu
yah. Dah malam nih, ngga enak ama teman sekamarku”. “Yah masa
pulang sih, kan belum puas. Yah ngga San?” jawab Wati dengan
senyumnya. “Eh.. ehh, dah berani macam-macam yah kamu Wat, biasanya
pendiem”, jawab Santi lagi. Lalu kami tertawa bersama-sama, dan
untung user yang ada hanya tinggal 3. “Iya deh, tapi ntar kalo
pintunya digembok gimana nih. Mau tidur dimana nih?”, tanyaku.
Sesaat kulihat Santi dan Wati berbisik-bisik, namun tak kuacuhkan
bisikan mereka dan tidak akan kutanyakan, karena aku juga sudah lelah
dan kupikir demikian juga Santi. Namun aku tersadar saat Santi
menawarkan kamar kostnya untuk tempat tidurku malam itu. Setelah
kupikir-pikir, daripada tidur di jalan lebih baik tidur di kamar cewe
yang mungkin nantinya akan ada kelanjutan yang lebih lagi,:)
Setelah
itu, kami bertiga akhirnya berbincang-bincang, dan kadang-kadang
Santi selalu membahas kejadian di WC itu, sehingga membuat Wati
terdiam dan membisu. Namun kulihat dia seperti terangsang.
Perbincangan kami berakhir ketika jam menunjukkan pukul 12 malam atau
memasuki subuh. Dimana kami pun bersiap-siap untuk pulang, dan
digantikan oleh 2 orang pria yang bertugas menggantikan Santi dan
Wati. “Wati, ntar tidur dikamarku aja. Mau nggak?”, tanya santi.
“Ngga ahh, ntar ganggu loe berdua”, jawabnya. “Ngga bakalan
lha, iya kan Don”, jawab Santi sambil mencium bibirku. “Terserah
kalian berdua sajalah”, jawabku acuh.
Ternyata
tempat tinggal Santi merupakan sebuah kost yang tidak jauh dari
warnet tempatnya bekerja, singkat cerita aku dan Wati telah ada di
kamar Santi. Kuperhatikan kamarnya, sangat rapi tidak seperti kamarku
yang seperti kapal meledak. Setelah kami berada di kamar, aku pun
berbaring untuk melepas lelah. Dan Santi masuk ke kamar mandi,
setelah itu aku terlelap tidur. Namun tidak lama aku merasakan kalau
ada yang sedang menjilat penisku dan terdengar suara erangan, spontan
aku bangun dan tampak bahwa Santi sedang melahap penisku dan
memperhatikan adegan dalam layar TV, ketika aku bangun dia hanya
tersenyum. “Wati mana San?” tanyaku menahan birahi “Di kamar
mandi, nggak tau lagi ngapain tuh”, jawabnya Tanpa pikir panjang
kuturunkan celana pendek dan celana dalamnya, dan mulai kujilati
vaginanya yang belum lama telah kurasakan melalui penisku. Sekitar 5
menit kami berdua melakukan gaya 69, dan akhirnya Santi membalikkan
badannya dan duduk diatas pangkuanku serta berusaha memasukkan
penisku kedalam liang vaginanya. Sleepp bless.
“Akhh,
Donn koq makin enak aja yah”, dan pada saat itu juga Wati membuka
pintu kamar dan tampak terkejut. “Sorry yah”, sambil mengambil
posisi tidur. Aku yakin bahwa Wati tidak bisa tidur karena perbuatan
kami. “Donn, gue suka banget deh ama kontol loe ini”, bisiknya di
telingaku. “Gue juga suka ama memek kamu”, jawabku. Lalu aku
membaringkan Santi tanpa membuat kelamin kami tercabut, dan mulai
kugoyangkan pantatku secara berirama dan agar lebih terasa nikmat
dengan tanpa mengalami kesulitan dan ketegangan seperti di kamar
mandi.
“Akhh,
Donn.. gue dah ngga kuu.. att..”, dan sejurus kemudian Santi pun
orgasme. “Mau diterusin atau istirahat dulu Say?”, tanyaku.
“Istirahat dulu yah”, jawabnya. Aku pun mencabut penisku, dan
kulihat Wati yang sedang tidur. “Tidur atau ngga yah” pikirku.
Kuhampiri Santi yang terengah-engah, “San, boleh ngga ML ama
Wati?”, tanyaku.. “Hayoo, satu memek ngga cukup yah Say”
dicubitnya hidungku. “Habisnya memek yang satu ini dah ngga kuat
sih”, candaku. “Terserahlah, asal Watinya mau”, jawabnya. Lalu
kuhampiri Wati yang terlelap dan mulai kulakukan aksiku dengan tanpa
meminta ijinnya terlebih dulu. Kucium bibir Wati, nampak ada gerakan
yang menandakan dia terkejut dan tidak tidur. Namun dia meneruskan
untuk pura-pura tertidur, karena pertempuranku dengan Santi yang
menyebabkan aku masih dalam keadaan hot, maka aku langsung
meraba-raba selangkangannya yang dibalut celana dalam dan celana
pendek. Kurasakan celananya telah basah dan kubisikkan, “Wat, boleh
ngga aku ngentot ama kamu?”, Wati hanya menjawab dengan membuka
kakinya dan mempermudah gerakan tanganku untuk meraba
selangkangannya.
Dengan
adanya ijin dari Wati maka aku pun segera membuka celana pendek dan
celana dalamnya, lalu aku mulai menjilati vaginanya yang sangat
merangsang birahiku dan terciumlah aroma yang wangi sekali dari
vaginanya. “Shhtt, Donn.. eenakk”, desahnya. “Akhh, terus donk
keatas dikitt.. iya disitu”, jawabnya setelah aku menemukan
klitorisnya dan segera kuisap dengan penuh nafsu. “Donn, uudaahh..
guee mauu.. ekk..”, terasa banjir vaginanya. Dan akupun tersenyum
puas, “Wati, boleh yah?” sambil kuarahkan senjataku ke liangnya.
Dia hanya mengangguk dan aku pun berusaha memasukkan senjataku, namun
tampaknya sulit sekali. “Apakah Wati masih perawan?” pikirku yang
langsung terjawab seketika sesaat setelah kepala penisku telah dapat
menerobos masuk. “Akhh, Don.. jangan keras-keras”, rintihnya.
“Iya Wat”, kurasakan jepitan vaginanya yang lebih kuat dari
Santi.
Kudorong
dan kumainkan penisku berirama di dalam vaginanya, dan Wati tampak
menikmatinya. “Akhh, Donn masukkiinn lebih daleemm..” “Iya
say”, jawabku dan kudorong penisku, “Bless..”. “Akhh”,
jeritnya dan kutahan penisku di dalam vaginanya. “Wati, kamu rela
diperawanin sama aku?”, tanyaku. Wati tidak menjawab namun
kurasakan dia ingin merasakan penisku lebih lama, terlihat dari
gerakan pantatnya yang masih kaku. Lalu aku pun mulai menggoyangkan
pantatku dengan irama yang tetap dan pelan, karena aku tidak ingin
menyakiti Wati yang baru pertama kali merasakan penis seorang lelaki.
Sambil kugoyangkan pantatku, aku melihat Santi yang sedang
memperhatikan kami dan kuberikan isyarat untuk mendekatiku, setelah
ia mendekat langsung kumasukan jariku ke dalam vaginanya dan Santi
menjerit tertahan karena birahinya yang sudah memuncak saat
memperhatikan permainan kami.
“Shhtt..
akhh”, terdengar desahan mereka berdua yang sedang di entot dengan
jari dan penisku. “Akhh, Donn.. gue mauu.. akhh..”, jerit Wati
dan kurasakan jepitan yang sangat nikmat. Namun aku tidak ingin
melepaskan kenikmatan remasan vaginanya sehingga kuteruskan
menggenjotnya dengan lebih cepat. “Donn, udahh..”, rintihnya
menahan ngilu dan sekaligus nikmat. “Tahan dulu bentar Say, gue
mauu kelluuaarr..”, jeritku. “Creett.. crott.. creett.. crott..
creett.. crott..”, akhirnya, enam semprotan ke dalam vagina Wati.
Lalu kami pun berbaring dan aku menindih badan Wati yang masih
terengah-engah. “Ternyata enak yah dientot itu”, ujarnya. Kujawab
dengan menggoyangkan pantatku sehingga penisku bergesekkan dengan
vaginanya. “Udah ahh, cape nih. Tuh liat Santi udah kerangsang”,
kata Wati. Kucabut penisku dan kembali kuhampiri Santi. “Dah siap
terima serangan Say?”, kulihat Santi dengan cemberut membuka
kakinya dan terlihat sudah basah sekali vaginanya. “Sleebb”,
dengan mudah penisku masuk ke dalam vaginanya dan kali ini Santi
seperti ingin membalas perlakuanku atas Wati. Dengan beringas dan
bernafsu, Santi menggoyangkan pantatnya dengan cepat dan tak
beraturan.
“Shh,
Sann.. lebih cepatt.. lebih cepatt..” “Akhh.. shh.. Donn.. kontol
looee enakk..” “Ahh.. ahh, hebatt kamu San..” “Donn, rasaiinn
orgasmee guee..”, terasa jepitannya yang meremas-remas penisku.
“Don, kamu hebat deh, lain ama yang di WC lho”. Aku tidak
menjawab, dan kuteruskan mengenjot vaginanya dengan sedikit kasar.
“Ahh, Donn lebih cepet Donn” “Shh.. shh.. shh.. shh..”, desah
kami berdua dengan diperhatikan oleh Wati. “Donn, guee mauu keluarr
lagii..” “Tahan Sann, barengan keluarrnyaa..” “Ngga kuaatt
lagii”, kali ini jepitan dan remasannya membuatku tidak dapat
menahan spermaku lebih lama lagi. Crett.. crett.. crett.. crett..
crett.. crett.. “Akkhh..”. teriak kami berbarengan.
Sungguh
nikmat vagina mereka berdua dan dalam semalam aku pun mendapat dua
vagina yang masih perawan, inikah surga dunia yang penuh dengan
kenikmatan. Setelah itu, kami bertiga tidur dalam selimut dan saling
berpelukan.. Tak terasa siang telah datang pada saat aku bangun,
terlihat Santi dan Wati masih terlelap. Setelah itu aku pun bangun
dan masuk ke kamar mandi yang berada di kamar Santi dengan
bertelanjang bulat, ketika aku masuk kamar mandi, tanpa kusadari
Santi ikut bangun dan masuk kamar mandi.
“Kepengen
ngulang pertama kali ngentot ama kamu nih Don”, katanya Boleh, tapi
nungging dulu”, candaku namun kata-kataku itu dilakukan juga oleh
Santi. “Ini yah yang bikin tiap cowo blingsatan”, sambil
kuelus-elus vaginanya.
“Shh,
jangan dielus doank donk”, rengeknya. Tanpa berlama-lama kuisap
clitorisnya dan membuat Santi mendesah dengan tidak karuan. “Shh..
Donn.. enakk.. bangett” “Diapaiinn sihh memek guee..”
“Dikerjain donk”, jawabku sambil mengarahkan penisku ke lubang
memeknya. “Bless..”, dengan tanpa mengalami kesulitan lagi
penisku menerobos masuk ke memek Santi. “Shh.. kooqq lebihh enakk”
“Iya Sann, nikmati dan rasain kontol gue”, jawabku.
“Shh..
hh.. sshh..”, desah kami berdua. “Donn, cepetann.. lebih
dalemm..”, goyangan pantatnya pun membuatku blingsatan. “Tahann..”
“Akhh..”, akhirnya, sarapan kami berdua dimulai dengan saling
“meludahnya” kelamin kami.
Sungguh
nikmat permainan kami siang itu, dan tak lama kemudian Wati pun ikut
bergabung bersama kami dalam memacu birahi. Perbuatan kami ini kami
ulang sampai jam 6 sore dan terhenti hanya untuk makan. Dan sampai
dengan saat inipun hal ini masih sering kami lakukan, kadang berdua,
kadang bertiga, dan aku ketahui bahwa nafsu mereka semakin tinggi,
sehingga frekuensi permainan kami pun meningkat.
0 komentar:
Posting Komentar